Minggu, 15 November 2009

HUBUNGAN FUNGSIONAL HIP, PELVIS DAN SPINE

Secara arsitektur, pelvis terletak strategis kare-na merupakan penghubung trunk dengan extre-mitas inferior sehingga harus saling bekerja-sama pada setiap gerakan lumbal dan hip.
Ketika tubuh dalam posisi berdiri tegak, pelvis menerima berat kepala, trunk, dan upper extre-mitas, kemudian mentransmisikan beban terse-but ke 2 lower extremitas.
Karena gerak pelvis bergantung pada sendi-sendi di lumbal spine dan hip maka gerak pel-vis dapat bersifat sekunder atau primer.
Untuk mengamati gerak pelvis sangat sulit karena pantat yang menonjol dengan lapisan lemak yang tebal dan konveks sacrum yang tidak mudah diobservasi.
Dengan bantuan X-ray maka dapat dilihat ana-lisis gerakan primer dan sekunder dari pelvis terhadap lumbal spine dan hip.

Gerak sekunder pelvis terhadap hip/lower extremitas

Sama hubungannya antara shoulder girdle dan upper extremitas, dimana pelvis bergerak untuk menyempurnakan/melengkapi gerakan pada hip.
Ada 3 tipe gerakan yang melibatkan gerakan sekunder pelvis :
Gerakan kedua tungkai secara bersamaan ke depan atau ke belakang dalam suspension.
Gerakan kedua tungkai yang berlawanan arah, se-perti berjalan, berlari.
Gerakan salah satu tungkai, seperti menendang ke depan atau ke samping.
Pada gerakan kedua tungkai mengayun ke depan atau ke belakang, pelvis akan backward tilt ketika hip fleksi dan pelvis akan forward tilt ketika hip extensi/hiperextensi.
Pada gerakan kedua tungkai yang berlawanan (berjalan), pelvis akan berotasi dalam bidang horizontal disekitar axis vertikal. orientasi pelvis tersebut menyebabkan satu tungkai flek-si hip dengan sedikit external rotasi & tungkai lainnya ekstensi hip dengan sedikit internal ro-tasi.
Pada gerakan satu tungkai ke samping (abduksi hip), pelvis akan lateral tilt.
Pada gerakan satu tungkai ke depan (fleksi hip), pelvis akan backward tilt, begitupula se-baliknya.
Adanya perubahan posisi pelvis pada setiap gerakan hip bertujuan untuk menyempurnakan atau menguntungkan gerakan hip joint.

Lumbopelvic Rhythm

Suatu gerakan koordinasi antara lumbal spine dan pelvis terjadi selama fleksi trunk sampai jari-jari tangan mencapai lantai/tanah.  ini disebut lumbopelvic rhythm.
Pada saat kepala dan upper trunk (punggung atas) mulai fleksi, maka pelvis akan bergeser ke posterior (backward tilt) untuk memperta-hankan pusat gravitasi seimbang diatas dasar tumpuan
Ketika trunk berlanjut ke fleksi, maka dikontrol oleh otot ekstensor spine sampai sekitar 45o.
Kemudian ligamen-ligamen bagian posterior akan tegang dan orientasi facet dalam bidang frontal, sehingga memberikan stabilitas pada vertebra & otot relax.
Pada akhir ROM, seluruh segmen vertebra di-stabilisasi oleh ligamen-ligamen posterior dan facet joint.
Pada akhir ROM, pelvis mulai berotasi ke de-pan (forward tilt) yang dikontrol oleh otot glu-teus maximus dan hamstring.
Kemudian pelvis melanjutkan rotasi ke depan sampai pemanjangan penuh otot ekstensor spine dan hamstring tercapai.  akhir ROM dipengaruhi oleh fleksibilitas otot ekstensor spine dan fascia serta otot ekstensor hip (hams-tring).
Pada saat trunk kembali ke posisi tegak, diawal gerakan otot ekstensor hip merotasikan pelvis kearah posterior (backward tilt).
Kemudian otot ekstensor spine memanjangkan spine (ekstensi trunk) dari posisi fleksi.
Lumbopelvic rhythm dapat terganggu akibat kebiasaan postur yang jelek, keterbatasan pan-jang otot atau fascia, atau injury dan gangguan propriosepsi.

Jumat, 13 November 2009

Struktur Anatomi Pelvic

Pelvic merupakan suatu tulang yang kaku, berperan sebagai rangkaian hubungan yang besar antara trunk dan extremitas inferior.
Setiap tulang pelvic dibentuk oleh 3 tulang : os ilium, ischium dan pubis.
Kedua tulang pelvic (kiri dan kanan) bersam-bung membentuk pelvic girdle.
Kedua tulang pelvic secara kuat melekat pada sacrum melalui sacroiliaca joint.


Sacrum diikat dengan kuat oleh 2 tulang iliaca dan ligamen sacroiliaca anterior, posterior dan ligamen sacroiliaca interosseus yang memper-kuat sacroiliaca joint.
Sacroiliaca joint juga diperkuat oleh ligamen iliolumbar, sacrotuberous, dan ligamen sacro-spinous serta bagian bawah oleh otot erector spine.
Karena perlekatannya, maka sacrum dianggap sebagai bagian dari pelvic girdle.




Gerakan Pelvic
Perubahan posisi pelvic sebenarnya dihasilkan oleh gerakan lumbal spine dan hip joint.
Gerakan pada lumbal spine dan hip joint dapat menghasilkan pelvic bergerak tilting ke depan, ke belakang, ke samping, dan rotasi secara ho-rizontal.
Gerakan yang terjadi pada pelvic terdiri dari : forward tilt (inklinasi meningkat), backward tilt (inklinasi menurun), lateral tilt, rotasi (lateral twist/memutar)

Forward Tilt
Forward tilt adalah gerakan pelvic pada bidang sagital disekitar axis frontal-horizontal sehing-ga symphisis pubis berputar kebawah dan per-mukaan posterior sacrum berputar keatas.
Dalam forward tilt, peningkatan sudut dibentuk oleh puncak os pubis dan peningkatan deviasi sacrum serta pelvis bagian posterior menjauh dari vertikal.

Backward tilt
Backward tilt adalah suatu gerak rotasi pelvis dalam bidang sagital sekitar axis frontal-horizontal sehingga symphisis pubis bergerak ke depan – atas dan permukaan posterior sacrum berputar sedikit ke bawah.
Dalam backward tilt, sudut dibentuk oleh pun-cak os pubis dan penurunan horizontal serta terjadi penurunan inklinasi horizontal sacrum dan posterior pelvis.

Lateral tilt
Lateral tilt adalah suatu gerak rotasi pelvis da-lam bidang frontal sekitar axis sagital-horizon-tal sehingga salah satu crista iliaca turun dan yang lainnya naik.
Pada lateral tilt ke kiri, crista iliaca sisi kiri akan turun dan sisi kanan akan naik

Rotasi (lateral twist)
Rotasi (lateral twist) adalah suatu gerak rotasi pelvis dalam bidang horizontal sekitar axis vertikal/longitudinal.
Dalam rotasi, pelvis bagian depan berputar ke arah belakang.

Gerakan pada Hip

Karena hip joint merupakan triaxial joint maka terdapat 3 pasang gerakan yang terjadi pada hip joint.
Gerakan tersebut adalah fleksi – ekstensi, ab-duksi – adduksi, external rotasi – internal rotasi
Gerakan yang paling luas adalah fleksi hip dan yang paling terbatas adalah ekstensi/hipereks-tensi hip.

1. Fleksi Hip
Fleksi hip adalah gerakan femur ke depan da-lam bidang sagital.
Jika knee lurus, maka gerakan fleksi hip diba-tasi oleh ketegangan otot hamstring.
Pada gerak fleksi yang luas, pelvis akan back-ward tilt untuk melengkapi/menyempurnakan gerakan pada hip joint.

2. Ekstensi/hiperekstensi Hip
Extensi adalah gerakan kembali dari fleksi.
Hiperekstensi adalah gerakan femur ke bela-kang dalam bidang sagital.
Gerakan ini sangat terbatas, kecuali para dan-cer dan akrobat yang memungkinkan terjadi rotasi femur keluar sehingga gerakannya cukup luas.
Faktor penghambat hiperekstensi hip adalah ketegangan ligamen iliofemoral pada bagian depan sendi.
Keuntungan dari keterbatasan gerak ini adalah sendi menjadi sangat stabil untuk weight bearing (menumpuh berat badan) tanpa mem-butuhkan kontraksi otot yang kuat.

3. Abduksi
Abduksi adalah gerakan femur ke samping da-lam bidang frontal sehingga paha bergerak jauh dari midline tubuh.
ROM Abduksi yang lebih besar dapat terjadi jika femur berotasi keluar.
Abduksi dibatasi oleh otot-otot adduktor dan li-gamen pubofemoral.

4. Adduksi
Adduksi adalah gerakan kembali dari abduksi.
Hiperadduksi hanya dapat terjadi jika tungkai sisi kontralateral digerakkan keluar.
Pada hiperadduksi yang luas, ligamen teres femoris menjadi tegang.

5. External/Lateral Rotasi
External rotasi adalah suatu rotasi femur disekitar axis longitudinal sehingga knee terputar keluar.
External rotasi juga merupakan suatu rotasi femur disekitar axis sagital sehingga knee ter-putar kedalam.
ROM external rotasi biasanya lebih besar daripada internal rotasi

6. Internal/Medial Rotasi
Internal rotasi adalah gerak rotasi femur disekitar axis longitudinal sehingga knee terputar kedalam.
Internal rotasi juga merupakan gerak rotasi femur disekitar axis sagital sehingga knee ter-putar keluar.
ROM internal dan external rotasi dipengaruhi oleh derajat torsi femoral (terputarnya femur pada axis longitudinal sehingga salah satu ujungnya berotasi kedalam terhadap ujung lainnya).

7. Diagonal Adduksi/Abduksi
Diagonal adduksi adalah suatu gerakan ke depan dari posisi abduksi paha dalam bidang horizontal, yang diikuti oleh penu-runan external rotasi.
Diagonal abduksi adalah suatu gerakan ke samping dari posisi fleksi hip dalam bidang horizontal, yang diikuti oleh external rotasi.

Senin, 09 November 2009

Sudut Pada Hip Joint

Sudut inklinasi adalah sudut yang dibentuk antara axis neck femur dan shaft femur (nor-malnya 125o). Jika sudut inklinasi lebih besar dari normal disebut dengan coxa valga, jika lebih kecil dari normal disebut dengan coxa vara. Torsion adalah sudut yg dibentuk oleh axis transversal condylus femur dan axis neck femur (normalnya 8 – 25o atau 12o). Peningkatan sudut torsion disebut dengan ante-version (shaft femur berotasi ke medial).
Penurunan sudut torsion disebut dengan retro-version (shaft femur berotasi ke lateral).

Sabtu, 07 November 2009

Otot- otot pada Hip Joint

Hip joint diperkuat oleh otot-otot panggul dan paha. Otot-otot panggul dan paha terdiri atas otot one-joint dan two joint.
Group Otot      One-Joint                        Two-Joint
Anterior           Iliopsoas                          Rectus femoris
                                                               Sartorius

Medial             Pectineus
                        Adductor magnus
                        Adductor longus
                       Adductor brevis               Gracilis

Posterior         Gluteus maximus
                       Deep rotator                    Semimembranosus
                                                               Semitendinosus
                                                               Biceps femoris

Lateral            Gluteus medius
                       Gluteus minimus                Tensor fascia latae


 
  
 

 

 

Kamis, 05 November 2009

Struktur Anatomi Hip

Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas inferior. Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk mobilitas, hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh be-rat badan. Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior ditransmisikan keatas melalui hip ke pelvis & trunk, dan aktivitas extremitas inferior lainnya. Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubu-ngan antara pelvic girdle dan hip joint à pelvic girdle akan mengalami tilting dan rotasi selama gerakan femur. Hubungan tersebut hampir sama dengan hubu-ngan scapula dengan shoulder joint, perbedaan-nya adalah scapula kiri & kanan dapat bergerak bebas sedangkan pelvic hanya dapat bergerak sebagai satu unit.

Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi dengan acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket (spheroidal) triaxial joint. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis. Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial.


Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di acetabulum disebut dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo acetabulum. Labrum acetabular menutup cartilago hyaline & sangat tebal pada sekeliling acetabulum dari-pada pusatnya à hal ini menambah kedalaman acetabulum. Acetabulum terletak di bagian lateral pelvis, menghadap ke lateral, anterior & inferior.


Caput femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline. Pada pusat caput femur terdapat lubang kecil yang dinamakan dengan fovea capitis à tidak ditutup oleh cartilago hyaline. Caput femur membentuk sekitar 2/3 dari suatu bola. Caput femur berbentuk spherical dan mengha-dap kearah anterior, medial dan superior. Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral, pubofemoral, dan ischiofemoral. Hip joint juga diperkuat oleh ligamen transver-se acetabular yang kuat & bersambung dengan labrum acetabular. Ligamen teres femoris merupakan ligamen triangular yang kecil, melekat pada apex fovea capitis dekat pusat caput femur ke tepi ligamen acetabular.
Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pe-ngikat caput femur ke bagian bawah acetabu-lum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam sendi (intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 liga-men yang melekat pada collum/neck femur yaitu : ligamen iliofemoral, pubofemoral & is-chiofemoral. Ligamen iliofemoral disebut juga ligamen “Y”, karena arah serabut mirip huruf Y terbalik. Ligamen iliofemoral memperkuat kapsul sendi bagian anterior. Ligamen pubofemoral terdiri dari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi bagian medial anterior dan bawah. Ligamen ischiofemoral merupakan ligamen triangular yang kuat pada bagian belakang kapsul.

Minggu, 01 November 2009

Biomekanik Elbow dan Forearm (Lengan Bawah)

Elbow joint terdiri atas 3 sendi yaitu : hu-meroulnar joint, humeroradial joint, dan proximal radioulnar joint. Ketiga sendi tersebut dibungkus oleh kapsul sendi yang sama. Tulang yang membentuk elbow dan forearm adalah os humerus bagian distal, os radius dan os ulna. Elbow joint diperkuat oleh ligamen collate-ral radial/lateral dan ligamen collateral ulnar/medial serta ligamen annulare.
Ligamen collateral lateral terdiri atas :
- Serabut anterior yang memperkuat ligamen annular kearah anterior.
- Serabut intermediate yang memperkuat liga-men annular kearah posterior.
- Serabut posterior
Ligamen collateral medial terdiri atas :
- Serabut anterior yang memperkuat ligamen annular.
- Serabut intermediate yang paling kuat.
- Serabut posterior atau ligamen Bardinet, diper-kuat oleh serabut transverse dari ligamen Cooper’s.


Elbow joint dan Forearm terdiri atas:
HUMEROULNAR JOINT
Humeroulnar joint merupakan sendi ber-bentuk hinge (engsel) dengan trochlea hu-meri yang ovular bersendi dengan fossa trochlearis ulna. Permukaan trochlea humeri menghadap ke-arah anterior dan bawah membentuk sudut 45o dari shaft humeri.
Fossa trochlearis ulna menghadap keatas dan anterior membentuk sudut 45o dari ulna. Pada umumnya, bagian anterior sulcus trochlearis nampak berjalan vertikal tetapi pada bagian posterior nampak berjalan oblique kearah distal lateral  sehingga pa-da saat extensi penuh akan terbentuk carrying angle pada lengan (normal = 15o).
Gerak utama pada sendi ini adalah fleksi-ekstensi (fossa yang konkaf slide dalam arah yang sama dengan gerak ulna). Sendi ini paling stabil pada close pack po-sition ekstensi elbow.
Untuk mencapai ROM penuh, maka gerak fleksi selalu disertai varus angulasi (lateral slide) & gerak ekstensi selalu disertai valgus angulasi (medial slide).
Gerak arthrokinematika pada humeroulnar joint adalah gerak slide mengikuti gerak angular tulang.

HUMERORADIAL JOINT

Humeroradial joint dibentuk antara capitu-lum humeri yang berbentuk spherical de-ngan ujung proksimal radius (fovea capitu-lum radii). Sendi ini berbentuk hinge-pivot joint. Humeroradial joint memberikan kontribusi terhadap gerak fleksi-ekstensi elbow. Pada saat pronasi-supinasi lengan bawah, caput radii mengalami spin terhadap capitu-lum humeri. Pada arthrokinematika, per-mukaan caput radii yang konkaf akan slide dalam arah yang sama dengan gerakan tulang .

PROKSIMAL RADIOULNAR JOINT

Sendi ini dibentuk oleh fossa radialis ulna yang bersendi dengan caput radii. Sendi ini merupakan uniaxial pivot joint yang terbungkus dalam kapsul elbow joint. Proksimal radioulnar joint diperkuat oleh li-gamen annulare radii yang dibantu oleh serabut anterior ligamen collateral medial & lateral. Karena tergolong uniaxial pivot joint, maka proksimal radioulnar joint berperan besar terhadap gerak pronasi-supinasi lengan bawah à radius bergerak menyilang diatas ulna saat pronasi. Pada saat gerak pronasi-supinasi, caput radii yang berbentuk konveks akan bergerak terhadap fossa radialis ulna yang konkaf sehingga arah slide berlawanan arah dengan gerakan tulang.

DISTAL RADIOULNAR JOINT

Distal radioulnar joint dibentuk oleh fossa ulnaris radii yang bersendi dengan caput ulna. Sendi ini bergerak secara simultan dengan proksimal radioulnar joint. Saat gerak pronasi-supinasi, fossa ulnaris ra-dii yang konkaf bergerak slide dalam arah yang sama dengan gerak tulang.

MID-RADIOULNAR JOINT
Mid-radioulnar joint tergolong kedalam syndesmosis yaitu jaringan fibrous padat yang mengikat kedua buah tulang. Mid-radioulnar diikat oleh jaringan fibrous yaitu membrana interosseus. Mid-radioulnar joint berpartisipasi dalam gerakan pronasi-supinasi lengan bawah.

OTOT-OTOT ELBOW


Otot-otot fleksor elbow adalah :
 Otot brachialis; otot one-joint yang berpartisi-pasi dalam semua aktivitas fleksi elbow, tidak dipengaruhi oleh posisi lengan bawah.
 Otot biceps brachii; otot two-joint yang berpe-ran besar dalam fleksi elbow saat lengan bawah supinasi
 Otot brachioradialis; berfungsi utama dalam stabilisasi elbow, berperan dalam fleksi elbow saat midposisi lengan bawah.
Otot-otot ekstensor elbow adalah :
 Triceps brachii; otot two-joint yang memiliki 3 caput origo, berperan besar dalam ekstensi elbow, membantu ekstensi shoulder.
 Anconeus; otot ini membantu ekstensi elbow dan berperan sebagai stabilisasi selama supinasi & pronasi.
Otot-otot supinator lengan bawah :
 Supinator; sangat berperan dalam gerak supina-si & sebagai stabilitas elbow bagian lateral.
 Biceps brachii
Otot-otot pronator lengan bawah :
 Otot pronator teres; otot ini menghasilkan gerak pronasi lengan bawah & sebagai stabilisasi proksimal radioulnar joint.
 Otot pronator quadratus; otot yang bekerja aktif selama aktivitas pronasi lengan bawah.
Otot-otot wrist joint dan tangan yang berori-go di regio elbow (epicondylus medial dan lateral humeri) berperan dalam stabilisasi elbow dan sedikit memberikan kontribusi terhadap gerakan elbow.

PENGHAMBAT GERAKAN
Pada akhir gerak pasif fleksi, processus co-ronoideus ulna akan kontak dengan fossa co-ronoideus humeri, caput radii akan kontak dengan fossa radialis humeri à ditambah pula ketegangan kapsul bagian posterior. Pada gerak aktif fleksi, hambatan gerak di-hasilkan oleh pertemuan otot bagian anterior lengan atas (biceps brachii) dengan otot bagian anterior lengan bawah (otot fleksor wrist). Pada akhir gerak aktif dan pasif ekstensi elbow, processus olecranon akan kontak dengan fossa olecranon humeri, ditambah dengan ketegangan kapsul bagian anterior. Pada akhir gerak supinasi, terjadi ketegangan membran interosseus, kapsul bagian anterior & ligamen annulare radii. Gerak pronasi secara mekanikal dihambat oleh gerak radius yang menyilang diatas ulna & kontak melawan ulna.

Senin, 26 Oktober 2009

Biomekanik pada Regio Ankle dan Kaki

Regio ankle & kaki memiliki beberapa sendi.Regio ankle dan kaki sangat penting dalam aktivitas berjalan dan berlari. Kaki sangat berperan dalam menumpuh berat tubuh saat berdiri dgn pengeluaran energi otot yg minimum. Kaki juga berperan menjadi lever struktural yg kaku untuk gerakan tubuh ke depan saat berjalan atau berlari.
Biomekanik ankle dan kaki terbagi atas :
• Struktur ankle
• Struktur foot/kaki
• Otot-otot kaki
• Hubungan ankle dan kaki

1. Tibiofibular Joint
Secara anatomis, bagian superior dan inferior sendi terpisah dari ankle tetapi berperan mem-berikan gerakan asesori untuk menghasilkan gerakan yang lebih luas pada ankle. Tibiofibular superior joint adalah sendi sinovial plane joint à dibentuk oleh caput fibula & facet pada bagian postero-lateral dari tepi con-dylus tibia. Tibiofibular inferior joint adalah sindesmosis dgn jaringan fibrous antara tibia & fibula.


Tibiofibular inferior joint ditopang oleh liga-men interosseous tibiofibular serta ligamen ti-biofibular anterior dan posterior. Gerak yg dihasilkan adalah gerak slide.
Pada saat dorsifleksi dan plantarfleksi ankle terjadi sedikit gerakan asesori dari fibula :
– Pada saat plantarfleksi ankle, malleolus lateral (fi-bula) akan berotasi ke medial dan tertarik kearah inferior serta kedua malleoli saling mendekati. Pada sendi superior, caput fibula akan slide kearah inferior

– Pada saat dorsifleksi ankle, malleolus lateral akan berotasi ke lateral dan tertarik kearah superior serta kedua malleoli saling membuka. Pada sendi supe-rior, caput fibula akan slide kearah superior.
– Pada saat supinasi kaki, caput fibula akan slide ke distal dan posterior (external rotasi). Pada saat pro-nasi kaki caput fibula akan slide ke proksimal dan anterior (internal rotasi).

2. Ankle Joint
Ankle joint termasuk sendi sinovial hinge joint, dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula serta talus à membentuk tenon and mortise joint. Diperkuat oleh ligamen deltoideum dan liga-men collateral lateral
Pada sisi medial ankle joint diperkuat oleh 5 ikatan ligamen yang kuat, 4 ligamen yang menghubungkan malleolus medial tibia dengan tulang tarsal bagian posterior, calcaneus, talus dan navicular.

Tibiofibular inferior joint ditopang oleh liga-men interosseous tibiofibular serta ligamen ti-biofibular anterior dan posterior. Gerak yg dihasilkan adalah gerak slide.
Pada saat dorsifleksi dan plantarfleksi ankle terjadi sedikit gerakan asesori dari fibula :
– Pada saat plantarfleksi ankle, malleolus lateral (fi-bula) akan berotasi ke medial dan tertarik kearah inferior serta kedua malleoli saling mendekati. Pada sendi superior, caput fibula akan slide kearah inferior

– Pada saat dorsifleksi ankle, malleolus lateral akan berotasi ke lateral dan tertarik kearah superior serta kedua malleoli saling membuka. Pada sendi supe-rior, caput fibula akan slide kearah superior.
– Pada saat supinasi kaki, caput fibula akan slide ke distal dan posterior (external rotasi). Pada saat pro-nasi kaki caput fibula akan slide ke proksimal dan anterior (internal rotasi).

Keempat ligamen tersebut secara kolektif dike-nal sebagai ligamen deltoid, terdiri atas liga-men calcaneotibial, talotibial anterior, tibiona-vicular, dan talotibial posterior.
Ligamen kelima dikenal sebagai ligamen spring (ligamen plantar calcaneonavicular) yang memberikan hubungan horisontal antara os navicular & proyeksi sustentaculum tali pa-da bagian medial calcaneus.Pada sisi lateral ankle joint diperkuat oleh 3 li-gamen yang secara kolektif dinamakan ligamen collateral lateral.

anterior dan posterior. Ligamen lateral lebih lemah daripada ligamen medial, dan ligamen talofibular anterior paling lemah diantara semua ligamen ankle.
Permukaan yang konkaf adalah mortise, yang dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula dan permukaan yg konveks adalah talus, yang ber-bentuk kerucut dan melebar kearah anterior de-ngan apex mengarah ke medial. Karena bentuk talus tersebut, maka ketika dor-sifleksi kaki talus juga akan abduksi dan sedikit eversi, dan ketika plantarfleksi kaki talus juga akan adduksi dan sedikit inversi disekitar axis oblique.
Gerak arthrokinematika ankle joint dapat dili-hat pada tabel 1.

Tabel 1. Gerak Arthrokinematika Ankle Joint
No. Gerak Fisiologis Gerak Arhtrokinematika
1. Dorsifleksi Slide ke posterior
2. Plantarfleksi Slide ke anterior

1. Subtalar Joint
Termasuk sendi sinovial plane joint, dibentuk oleh permukaan inferior talus & superior calcaneus. Diperkuat oleh lig. deltoideum, lig. lateral, lig. talocalcanea interosseus, lig. talocalcanea pos-terior & lateral. Menghasilkan gerak pronasi & supinasi serta inversi dan eversi secara pasif.
Pada saat closed kinematika, berperan mengurangi gaya rotasi dari tungkai & kaki. Permukaan yg konveks adalah calcaneus yg bergerak terhadap permukaan yang konkaf yaitu talus.
Gerak arthrokinematikanya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Arthrokinematika Subtalar Joint
No. Gerak Fisiologis Gerak Arhtrokinematika
1. Supinasi dengan inversi Slide ke lateral
2. Pronasi dengan eversi Slide ke medial

2. Talonavicular Joint
Secara anatomis & fungsional merupakan ba-gian dari talocalcaneonavicular joint. Distabilisasi oleh ligamen deltoid, bifurcatum, & ligamen talonavicular dorsal. Bersama-sama dengan subtalar joint mengha-silkan gerak pronasi & supinasi à terjadi gerak asesori navicular yg disertai oleh gerak abduksi/adduksi + inversi/eversi.
3. Transversal Tarsal Joint
Biasa dikenal dengan “Chopart’s Joint”. Secara fungsional, merupakan sendi gabungan dari 2 sendi à sisi medial oleh talonavicular joint dan sisi lateral oleh calcaneocuboid joint walaupun secara anatomis terpisah. Yang paling besar menstabilisasi adalah liga-men calcaneocuboid (ligamen plantaris yang panjang & pendek). Berpartisipasi dalam gerak pronasi–supinasi kaki, gerak asesori pasif (abduksi-adduksi, inversi-eversi).
4. Intertarsal & Tarsametatarsal Joint
Baik intertarsal maupun tarsometatarsal joint merupakan plane joint (non-axial) . Gerakan yang dihasilkan adalah gerak slide.
5. Intermetatarsal Joint
Sendi-sendi ini mencakup 2 set sendi side-by-side, yaitu antara basis metatarsal I dan basis metatarsal II dan seterusnya. Sendi-sendi tersebut tergolong nonaxial joint. Sendi-sendi antara caput metatarsal adalah ba-gian yang penting dari arkus metatarsal. Gerakan yang terjadi adalah membentuk arkus & mendatarkan arkus ketika kaki weight bearing.
6. Metatarsophalangeal Joint
Sendi-sendi ini adalah modifikasi condyloid joint. MTP joint ibu jari kaki berbeda dengan lainnya karena lebih besar dan memiliki 2 tulang sesa-moid diantaranya. ROM ekstensi pada MTP lebih penting daripa-da fleksi (berbeda dengan MCP). Ekstensi pada MTP sangat dibutuhkan untuk aktivitas berjalan. Demikian pula, fungsi ibu jari kaki tidak terpi-sah dengan jari-jari lainnya, tidak seperti pada ibu jari tangan.
7. Interphalangeal Joint
Interphalangeal joint pada kaki sama dengan pada tangan, yaitu tergolong hinge joint. Gerak arthrokinematika MTP joint dan Inter-phalangeal joint sama dengan pada jari-jari tangan.
8. Arkus Plantaris
Arkus plantaris terdiri atas : arkus longitudinal medial, lateral dan transversal.
Ketiga arkus tersebut dipertahankan oleh :
a. Bentuk tulang dan saling keterkaitan antara tulang satu dengan yang lainnya.
b. Ligamen dan aponeurosis plantaris à merupakan struktur yang paling penting dalam mempertahan-kan arkus
c. Otot-otot plantaris : otot tibialis posterior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum longus, & peroneus longus .

a. Arkus Longitudinal Medial
Membentuk tepi medial kaki yg berjalan dari calcaneus melalui talus, navicular & 3 cuneiforme kearah anterior pada 3 metatarsal pertama. Talus berada pd puncak arkus & seringkali sebagai keystone (bagian sentral dari arkus). Secara normal tdk pernah menyentuh tanah/lantai.

b. Arkus Longitudinal Lateral
Berjalan dari calcaneus melalui cuboid kearah anterior pada metatarsal IV dan V. Secara normal selama weight-bearing, arkus ini menyentuh tanah/ lantai.

c. Arkus Transversal
Berjalan dari sisi ke sisi melalui 3 cuneiforme ke cuboid. Cuneiforme II merupakan keystone arkus ini.

OTOT-OTOT KAKI
Otot-otot pada kaki terdiri atas otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik. Otot ekstrinsik terletak pada bagian anterior, lateral dan posterior tungkai bawah sampai ke kaki. Otot primemover plantarfleksi ankle adalah otot two-joint gastrocnemius dan one-joint so-leus. Otot-otot lain yang memberikan kontribusi ter-hadap plantarfleksi adalah otot tibialis poste-rior, fleksor hallucis longus, fleksor digitorum longus, serta otot peroneus longus dan brevis. Otot tibialis posterior merupakan otot supinator dan invertor yang kuat, yang membantu me-ngontrol pronasi selama berjalan. Otot fleksor hallucis longus dan fleksor digito-rum longus berperan sebagai primemover fleksi jari-jari kaki.à otot-otot ini membantu meno-pang arkus longitudinal medial. Otot peroneus longus dan brevis secara utama berperan sebagai evertor kaki. Otot peroneus longus juga membantu meno-pang arkus transversal dan longitudinal lateral. Otot primemover dorsifleksi ankle adalah otot tibialis anterior (juga invertor ankle), ekstensor hallucis longus, ekstensor digitorum longus (juga ekstensor jari-jari kaki), dan peroneus tertius.
Hubungan Fungsional Ankle dan Kaki
Secara normal, external torsion nampak pada tibia sehingga mortise ankle menghadap seki-tar 15o kearah luar. à akibatnya, saat dorsi-fleksi kaki bergerak keatas dan sedikit ke late-ral, dan saat plantarfleksi kaki bergerak ke ba-wah dan ke medial. Dorsifleksi merupakan posisi stabil dari talo-crural joint (ankle joint) à CPP. Plantarfleksi merupakan loose-packed position. Talocrural joint lebih peka/mudah injury pada saat berjalan dengan tumit tinggi karena ankle dalam posisi plantarfleksi yang kurang stabil. Pada closed kinematik, terjadi supinasi subtalar dan transversal tarsal joint yang disertai dengan pronasi dari kaki depan (plantarfleksi metatar-sal I dan dorsifleksi metatarsal V) à hal ini meningkatkan arkus kaki dan posisi stabil dari sendi2 kaki. Selama weight bearing (closed kinematik), ter-jadinya pronasi subtalar dan transversal tarsal joint dapat menyebabkan arkus kaki menurun. à terjadi supinasi kaki depan yang disertai de-ngan dorsifleksi metatarsal I dan plantarfleksi metatarsal V. Pada weight bearing, gerakan subtalar dan rota-si tibia saling mempengaruhi.à supinasi subta-lar joint dihasilkan oleh lateral rotasi tibia, juga sebaliknya. Ketika weight bearing, penopang utama dari arkus adalah ligamen spring, ditambah dengan ligamen long plantaris, plantar aponeurosis, dan ligamen short plantaris. Selama fase push-off, terjadi plantarfleksi dan supinasi kaki serta extensi MTP joint sehingga meningkatkan ketegangan pada plantar aponeu-rosis yang membantu meningkatkan arkus kaki. Seseorang yang mengalami deformitas varus dari calcaneus, terjadi kompensasi saat berdiri berupa postur pronasi calcaneus . Kondisi pes planus, pronated foot dan flat foot merupakan istilah yang sering dipertukarkan pada pronated postur dari kaki belakang. Postur tersebut dapat menurunkan arkus longi-tudinal medial kaki. Pes cavus dan supinated foot menunjukkan pe-ningkatan arkus kaki